Review Buku : The Good Earth, Bumi Yang Subur (Pearl S, Buck)
Pearl S.Buck merupakan wanita Amerika pertama yang berhasil meraih penghargaan Nobel untuk bidang sastra. Penghargaan prestisius tersebut berhasil ia dapatkan pada tahun 1938. Lama tinggal di Cina membuat karya-karyanya juga penuh dengan nuansa Cina. Salah satu karya besarnya adalah novel dengan judul The Good Earth atau Bumi Yang Subur.
Novel ini merupakan bagian pertama dari sebuah trilogi yang terdiri dari Bumi Yang Subur (1931), Wang Si Macan (1932) dan Runtuhnya Dinasti Wang (1935).
Jalan Cerita
Novel ini bercerita tentang kehidupan seorang petani Cina bernama Wang Lung. Wang Lung merupakan seorang petani yang hidup di desa bersama ayahnya yang tua dan sakit-sakitan. Setiap paginya ia terbangun akibat suara batuk ayahnya. Setiap pagi ia harus menyiapkan air panas dan sarapan untuk ayahnya seorang diri. Setelah itu ia langsung menggarap tanah yang ia miliki. Kehidupan Wang Lung sebagai petani begitu miskin, bahkan untuk minum teh saja merupakan hal yang mewah.
Kehidupan Wang Lung begitu menoton. Hingga akhirnya ia berhasil mendapatkan seorang budak jelek dari rumah besar Keluarga Hwang sebagai istrinya. Budak tersebut bernama O-Lan, ia tak banyak berbicara namun sangat rajin dalam bekerja. Berkat adanya seorang istri yang rajin bekerja dan membantu Wang Lung, kehidupan mereka mulai membaik. Perlahan mereka dapat mengumpulkan uang. Wang Lung sangat mencintai tanahnya, menurutnya seorang akan memiliki kehidupan yang baik bila memiliki tanah yang baik dan banyak. Oleh sebab itu Wang Lung membeli sepetak tanah dari Keluarga Hwang.
Dengan bertambahnya tanah yang ia miliki, kehidupan Wang Lung semakin membaik. O-Lan pun juga melahirkan dua anak laki-laki yang sehat. Kebahagiaan mereka hilang ketika wilayah desa mereka mengalami musim kering yang berkepanjangan. Hasil panen gagal dimana-mana. Bahkan bahan makanan juga sudah habis dimana-mana. Anak-anak Wang Lung yang dulunya gemuk-gemuk juga menjadi kurus. Semua orang membutuhkan makananan. Krisis yang menimpa desa mereka, juga membuat warga desa mau menjual anak-anak perempuan mereka bahkan memakan sesama manusia. Rumah Wang Lung juga menjadi sasaran penjarahan warga desa, hingga tak ada lagi makanan yang tersisa dari rumah Wang Lung.
Dalam kondisi yang demikian O-Lan melahirkan bayi perempuan. Akhirnya Wang Lung memutuskan untuk pergi mengungsi ke Selatan. Dengan sisa uang yang ada mereka sekeluarga berhasil sampai ke kota di Selatan. O-Lan, ayah Wang Lung dan anak-anak Wang Lung bekerja sebagai pengemis, walaupun pada akhirnya ayah Wang Lung tidak bekerja sama sekali. Wang Lung sendiri bekerja sebagai penarik becak.
Lama tinggal di pengungsian membuat Wang Lung tak betah dan terus memikirkan tanahnya. Hingga akhirnya ia kembali dan menggarap kembali tanahnya. Kehidupannya semakin membaik hingga ia bisa menambah tanahnya. Wang Lung pun kemudian dikenal sebagai tuan tanah. O-Lan juga kembali melahirkan, kali ini bayi kembar laki-laki dan perempuan.
Sebagai tuan tanah, Wang Lung bisa mendapatkan semua yang ia inginkan. Ia menyekolahkan anak laki-lakinya. Namun seperti kebanyakan laki-laki lainnya, Wang Lung pun terpincut dengan wanita warung teh bernama Lotus. Ia pun menjadikan Lotus sebagai istri keduanya. Hal ini membuat O-Lan semakin tidak banyak bicara.
Walaupun ia hidup sebagai orang kaya, hidupnya tidak benar-benar tenang. Anak-anaknya yang tumbuh dewasa sering berselisih, Lotus yang banyak permintaan, keluarga pamannya yang terus menggerogotinya, hingga O-Lan dan ayahnya meninggal dunia. Hingga tuanya banyak sekali permasalahan yang terus berdatangan dan membuatnya tak tenang. Lalu di hari tuanya, Wang Lung jatuh hati terhadap budak bernama Pearl Blossom.
Tampilan Buku
Buku setebal 512 halaman ini diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Sampul buku berupa hutan dengan gaya lukisan Cina kuno sangat cocok untuk menggambarkan kisah didalamnya. Novel ini dapat dibeli dengan harga,
Novel ini sangat menarik untuk dibaca. Dengan bahasanya yang lugas dan sederhana membuat orang dengan mudah memahami isi ceritanya. Terutama bagi kalian yang memiliki latar belakang kehidupan di desa dan bertani, novel ini dapat menyentuh hati kita. Walaupun novel ini tidak memiliki diksi-diksi yang indah, aku rasa pantas bila sang penulis mendapatkan penghargaan Nobel.
Selamat membaca.
Tampilan Buku
Buku setebal 512 halaman ini diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Sampul buku berupa hutan dengan gaya lukisan Cina kuno sangat cocok untuk menggambarkan kisah didalamnya. Novel ini dapat dibeli dengan harga,
Novel ini sangat menarik untuk dibaca. Dengan bahasanya yang lugas dan sederhana membuat orang dengan mudah memahami isi ceritanya. Terutama bagi kalian yang memiliki latar belakang kehidupan di desa dan bertani, novel ini dapat menyentuh hati kita. Walaupun novel ini tidak memiliki diksi-diksi yang indah, aku rasa pantas bila sang penulis mendapatkan penghargaan Nobel.
Selamat membaca.
Bumi yang Subur, terjemahan yang baik dari The Good Earth.... .. Saya menggemari Pearl S. Buck, mengutip bukunya The Good Earth :"Pada musim kemarau akhirnya air di dalam kolam mengering dan berubah menjadi adonan tanah liat, dan bahkan air di dalam sumur turun sangat rendah sehingga isterinya, O-lan, berkata kepadanya: ‘ Kalau anak-anak kita harus minum and orang tua itu harus mendapatkan minuman hangatnya, maka tanaman harus dibiarkan kering"
BalasHapusSaya mencoba menulis blog tentangnya, semoga anda suka:http://stenote-berkata.blogspot.com/2019/01/wawancara-dengan-pearl.html